Maket
- Ternyata pak Harto memiliki kepekaan terhadap rakyatnya yang patut
diacungi jempol , meskipun mantap Presiden ini ada pro dan kontra
mengenai kepemimpinannya, Namun dibalik semua itu ada kisah menarik
tentang blusukan ala Pak Harto yang belum diketahui orang banyak.
Sebelum Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dikenal karena blusukan,
Presiden kedua Indonesia Soeharto sudah blusukan lebih dulu. Untuk
memastikan hasil-hasil pembangunan di awal pemerintahan Orde Baru,
Soeharto gemar blusukan ke daerah. Dia berkunjung ke pelosok-pelosok
melihat langsung kondisi rakyat Indonesia.
Banyak cerita menarik saat Soeharto blusukan dan menyapa langsung
rakyat Indonesia. Soeharto akan langsung mencatat segala informasi yang
diterimanya. Nah, karena tak ada meja atau permukaan yang rata,
Soeharto pernah meminta ajudannya membungkuk. Di punggung ajudan itu
Soeharto langsung menulis.
Di awal kekuasaannya Soeharto rajin blusukan tanpa kenal lelah.
Seperti ditulis dalam autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan
Tindakan Saya yang diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada.
“Tentu saja saya pun kadang-kadang merasa capek, karena hilir mudik
dari sana ke mari lewat daratan, terbang dari satu tempat ke tempat
lainnya untuk memulai dengan pembangunan yang baru dan mengontrol
pembangunan yang sedang berjalan, dan lelah pula karena memeras otak.
Tetapi saya tidak boleh mengeluh, apalagi menyerah. Pembangunan adalah
perjuangan yang sengit,” kata Soeharto.
Seperti apa kisah-kisah blusukan Soeharto?
1. Berbekal sambal teri dan kering tempe Ibu Tien
Soeharto blusukan keliling Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
serta kawasan lain. Dia tidak pernah makan di restoran atau minta
dijamu pejabat setempat. Rombongan kecilnya memasak nasi sendiri.
“Untuk urusan logistiknya, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu
Tien membekali dengan sambal teri dan kering tempe,” kata mantan
ajudan Soeharto, Try Sutrisno dalam buku Pak Harto The Untold Stories
yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama.
Try mengaku kondisi saat blusukan cukup memprihatinkan. Dia heran
seorang Presiden kok nerimo saja kondisi seperti itu. Soharto bahkan
terlihat senang blusukan.
“Saya melihat Pak Harto sangat menikmati perjalanan keliling desa itu,” kata Try.
2. Curi informasi dari petani
Tahun 1965, inflasi Indonesia mencapai 500 persen. Harga beras naik
900 persen, defisit anggaran belanja mencapai 300 persen dari
pemasukan negara. Indonesia benar-benar di ambang kebangkrutan.
Setelah dilantik menjadi pejabat presiden tahun 1967, Soeharto
berkeliling daerah. Dia mengumpulkan informasi dari petani. Soeharto
sadar pertanian dan swasembada pangan menjadi kunci utama untuk
memperbaiki perekonomian. Dari berkeliling itu dia tahu apa yang
dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pangan. Dari situ dirumuskannya
Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun
“Perencanaan pembangunan lima tahun pertama dari tahun 1969-1974
adalah pembangunan pertanian dengan industri yang mendukungnya.
Sasarannya cukup sederhana yaitu: cukup pangan, cukup sandang, cukup
papan, cukup lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendidikan dan
kebudayaan sesuai dengan kemampuan,” kata Soeharto.
3. Menyamar dan rahasia
Presiden kedua RI Soeharto sering melakukan incognito atau
penyamaran. Pak Harto blusukan keliling daerah terpencil untuk melihat
hasil-hasil pembangunan.
Biasanya saat melakukan kunjungan tidak resmi tersebut, Soeharto
hanya ditemani ajudan, satu atau dua pengawal dan dokter pribadi. Hal
ini dikisahkan mantan ajudan Soeharto yang akhirnya menjadi Wapres,
Jenderal (Purn) Try Soetrisno.
“Pak Harto selalu melakukan incognito. Pak Harto selalu berpesan tidak boleh ada satu pun yang tahu
kalau Pak Harto mau melakukan incognito,” ujar Try dalam buku Pak Harto, The Untold Stories.
Kunjungan mendadak itu pun sering membuat pejabat setempat kalang
kabut karena tidak tahu. Soeharto memang tidak pernah memberi tahu
akan melakukan kunjungan.
4. Makan dan tidur di rumah penduduk
Soeharto tak pernah tidur di hotel saat blusukan. Dia memilih
tinggal di rumah penduduk atau tidur di rumah kepala desa. Dari sana
tergambar kedekatan Soeharto dengan rakyatnya.
Soeharto pun langsung berbincang dengan rakyat tanpa perantara. Dia mencatat semua informasi dari rakyat kecil di daerah.
“Presiden mencatat semuanya. Secara objektif diketahui daerah mana
yang telah berhasil dan daerah mana yang perlu ditingkatkan. Semua
dicek ulang di dalam rapat kabinet. Dengan begitu menteri tidak bisa
berbohong. Kalau jelek ya harus dibilang jelek, kalau bagus ya dibilang
bagus karena Pak Harto mengetahuinya,” kenang Try.
5. Blusukan tinjau limbah Jakarta
Tak cuma masalah pangan, Soeharto juga blusukan untuk meninjau
pencemaran di Teluk Jakarta. Dia mengajak Emil Salim, naik kapal. Pada
Emil Soeharto memperlihatkan air di Tanjung Priok yang berwarna
hitam.
“Anda lihat ini kotor sekali. Ini baru kita bangun sepuluh tahun
lalu, sekarang sudah menjadi seperti ini. Terbayangkah kondisinya 20
tahun lagi jika terus dibiarkan seperti ini,” kata Soeharto.
“Bukan di sini saja seperti ini, di kampung saya juga. Sungai yang
dulu jernih sehingga saya dapat memandikan kerbau sampai bersih,
sekarang airnya sudah kotor, Anda bisa kan membantu saya mengurusi
lingkungan hidup?” kata Soeharto.
Ternyata itu adalah permintaan Soeharto agar Emil Salim menjadi menteri lingkungan hidup.( sumber:merdeka.com)
Menurut saya ini cara yang bagus sekali dalam memimpin sebuah negara
dan patut dicontoh oleh pemimpin yang lain, gimana menurut Anda?
Info:
Maket