Tentu kita semua masih ingat, ketika beberapa tahun yang lalu Gubernur Jakarta, Bang Yos melouncing program busway. Semua koran setiap hari selalu menampilkan tulisan tentang busway, tentu dari beragam sudut pandang. Ada yang menulis tentang kesiapan program busway, ada yang melukiskan tentang nyamannya naik busway, dan ada pula yang mengkritis masalah pengemudi busway.
Bicara masalah pengemudi busway, kita pun masih terngiang ketika para sopir bus merasa kurang puas dengan gaji yang diterimanya. Walaupun, untuk ukuran kita, gaji 2 juta adalah pendapatan yang cukup sulit diperoleh.Pantaskah para sopir ini mengeluh? Tentu hal itu pantas saja, apalagi kebutuhan hidup di Jakarta cukup tinggi. Di samping itu, gaji mereka sebelum mengikuti tes lowongan kerja supir busway, ternyata lebih tinggi dari gaji yang diterimanya sekarang.
Lalu apa hubungannya sopir busway dengan peneliti indonesia? Memang kalau dirunut secara historis atau sebab akibat, jelas sekali tidak berhubungan. Namun, sopir busway ini bisa menjadi bahan perbandingan dengan kondisi para peneliti di indonesia.
Coba anda bayangkan, apa yang didapat dari seorang peneliti? Bangsa ini sangat berhutang budi kepada para peneliti ini. Sebut saja, profesor BJ Habibie yang dengan penelitiannya telah ikut membawa harum nama indonesia ke penjuru dunia.Tapi apa yang didapat oleh seorang peneliti yang dengan dedikasinya telah berbuat banyak kepada bangsa ini? Ironis sekali! Para peneliti yang berjasa ini banyak yang hidup di bawah rata-rata. Jangankan mengharap fasilitas mewah seperti kendaraan, rumah, atau yang lainnya--seperti yang didapat oleh para anggota dewan atau para pemimpin bangsa ini, memperoleh gaji yang layak saja masih jauh dari bayangan.
Coba anda pikirkan, bagaimana perasaan seorang peneliti ketika pendapatan yang diperolehnya lebih rendah dari serang sopir busway--gaji seorang peneliti masih dibawah 1,5 juta? Apa memang profesi sebagai peneliti lebih rendah dari sopir busway, anda tentu bisa menilai. Belum lagi penghargaan yang kurang terhadap hasil yang mereka hasilkan.
Jadi sekali lagi, apakah bangsa ini lebih perlu seorang sopir busway daripada seorang peneliti?
No comments:
Post a Comment