Satu demi satu rekaman lagu berganti. Pengunjung larut dalam irama menyimak penampilan disc jockey (DJ) yang serba elektronis. Kepalanya mengangguk-angguk dan sesekali melihat pengunjung yang bergumam histeris.Parfum dan keringat menyatu bersama penyejuk udara ruangan yang tak mampu lagi mengimbangi animo pengunjung Club
Kendati demikian, wanita keturunan Belanda yang lahir di Jakarta, 6 Desember 1976 itu mampu tampil apik lewat musik house progresive. Tak ayal, riuh tepuk tangan clubbers Kota Tepian pun pecah. Wanita ini mengaku pernah tinggal di Sydney, Australia, bersama sang ayah beberapa tahun. Di sana ia berhasil mengantongi gelar sarjana desain grafis dan diploma ilmu perhotelan.
Menurut lajang bernama lengkap Devina Rosandi ini, sekilas, profesi-profesi yang telah ia jalani jelas menjanjikan status dan penghasilan cukup. Tetapi ia memutuskan meninggalkan kerja kantoran itu.Ia pun, lebih memilih jadi DJ ungkap DJ yang tak pernah mengecam pendidikan formal di sekolah DJ
Namun, bukan itu alasan utama pemilik zodiak Sagitarius ini melirik Dj sebagai pekerjaannya. Devina mengaku, saat berada di belakang turntable memainkan musik, ia merasa menjadi orang yang lebih berguna bagi orang lain. "Tidak ada perasaan yang bisa menandingi saat penonton di depan saya bersorak dan menari karena menyenangi musik yang saya mainkan," tutur pemilik tinggi 173 cm dan berat 56 kg ini.
Menurutnya, ketertarikannya menekuni profesi DJ diawali dari hobi. Sejak di Sydney, Devina mengaku menjadi kolektor musik dansa. Kemampuan DJ sedikit demi sedikit ia pelajari secara otodidak. Meski kariernya sekarang jauh dari latar belakang pendidikan formal, menurutnya tidak berarti ilmu dan pengalaman yang ia dapatkan kemudian tidak terpakai.
Temukan info lebih lengkap seputar Sekolah DJ