Showing posts with label yayasan Penyalur Pembantu. Show all posts
Showing posts with label yayasan Penyalur Pembantu. Show all posts

Tuesday, 1 February 2011

Saat Kalah Pamor dengan Baby Sitter



Apakah kesibukan orangtua merupakan satu-satunya alasan anak memilih baby sitter atau pembantu sebagai tempat menggantungkan diri?


"Sebenarnya kedekatan anak pada baby sitter atau pembantu bukan karena faktor intensitas kebersamaan. Sebab, penekanan pada kedekatan tersebut lebih banyak pada siapa yang memenuhi kebutuhan anak,
Jika seorang baby sitter lebih banyak waktu bersama anak, daripada seorang ibu, bisa jadi anak akan lebih dekat dengan baby sitter-nya. Itu karena, secara otomatis kebutuhan-kebutuhan anak sebagian besar akan dipenuhi baby sitter. Faktor pemenuhan kebutuhan itulah yang menjadikan anak lengket pada baby sitter. Jadi kedekatan itu bukan karena sering bersama tapi karena pemenuhan kebutuhan anak.Selain kebutuhan fisik seperti kebutuhan susu, digendong, makan, dan sebagainya anak juga membutuhkan kelekatan secara emosional. Misalnya ditemani, didengarkan, diajak bermain, dicintai, dimengerti, dan sebagainya.
"Jika kebutuhan emosional ini juga lebih banyak dipenuhi baby sitter, tentu saja anak akan memilih baby sitter-nya ketimbang sang ibu
Akhirnya anak akan menjadi lebih senang curhat pada baby sitter, lebih senang didongengi baby sitter, lebih senang mandi, makan, serta meminta tolong lainnya pada baby sitter. Jika sudah begitu, perlu instropeksi dari ibu tentang cara komunikasi dengan anak.
Penyebab kelekatan anak pada baby sitter lainnya adalah cara membujuk yang salah dari baby sitter. Pada kasus ini, anak lebih lengket dengan dia karena pembentukan persepsi yang salah. Misalnya karena pembantu atau baby sitter mengancam akan memanggil polisi jika anak tidak mau mandi, memanggil dokter jika tak mau makan, dan sebagainya.Akhirnya, anak merasa jika dia dekat dengan baby sitter-nya maka ancaman-ancaman itu pasti tidak akan dialaminya. Sehingga pada kasus ini, ibu harus lebih ekstra usaha dalam mengubah persepsi anak dan kembali menjadi obyek kelekatan bagi anak

Temukan Lebih banyak lagi Informasi seputar

Monday, 3 January 2011

Awasi Efek Nonton TV Untuk Usia 2 Tahun Kebawah


Coba perhatikan, berapa jam dalam sehari bayi kecil Anda terpapar siaran televisi? Satu jam? Dua jam? Atau lebih? Atau jangan-jangan TV telah menjadi ’menu wajib’ pengasuhan sehari-hari? Misalnya, memberi makan harus sambil menonton TV, kalau tidak, anak bakal mogok makan. Atau kalau menangis, dia akan terhibur dan diam setelah menonton TV.

Jika ya, Anda perlu berhati-hati. TV bisa membawa dampak negatif bagi si kecil. Di Indonesia hal ini memang tidak terlalu dipermasalahkan, karena sebagian besar masyarakat masih menganggap TV sebagai “virtual baby sitter”. Tetapi di negara-negara maju, sejumlah ahli justru menganjurkan agar bayi yang berusia kurang dari 2 tahun, tidak menonton TV sama sekali.




Fokusnya pada atensi anak-anak di bawah 2 tahun yang terbiasa menonton, disinyalir atensinya tidak berkembang optimal. Kilatan visual televisi cepat sekali berganti, sehingga otak anak terbiasa terstimulasi dengan sesuatu yang serba cepat. Hal ini kelak akan berdampak pada kemampuan anak untuk konsentrasi dan mempertahankan perhatian ketika mengerjakan sesuatu. “Akibatnya, kalau dia mengerjakan tugas, tidak bisa sampai tuntas, TV Membatasi Eksplorasi. Dua tahun pertama adalah masa penting bagi anak untuk mengembangkan pemahaman terhadap dunia dengan melihat, menyentuh dan mengeksplorasi secara langsung. “Kalau TV menggantikan kegiatan eksplorasi, kesempatan dia untuk bisa menjelajah dunia berkurang, dan akhirnya berdampak pada kognitif. Eksplorasinya berhenti sampai visual

Kalaupun anak dipertontonkan sesuatu yang selalu bergerak-gerak, anak belum tentu bisa membayangkan benda tersebut secara tiga dimensi. Apakah berbentuk kotak, bola, atau lainnya. Lain halnya jika benda tersebut dipegang langsung untuk dieksplorasi. Anak jadi tahu, kalau bola bisa menggelinding, bisa memantul, dan teksturnya ternyata kasar. “Itu yang disebut dengan eksplorasi. Walau demikian, Indri mengatakan menonton TV bagi bayi bisa juga diarahkan menjadi sesuatu yang positif. Asal, orangtua tahu cara menyiasatinya

Thursday, 30 December 2010

Mewawancara Calon Baby Sitter

Mencari seorang pengasuh bayi itu gampang-gampang susah. Gampangnya dua kali, susahnya satu kali . Yang penting adalah anda lakukan pembicaraan awal atau interview pada calon baby sitter atau pengasuh bayi anda, karna dari sana anda bisa melihat apakah ini calon yang cocok atau tidak, orang yang bisa diajak kerjasama atau tidak, orang yang malas atau tidak.





14 Pertanyaan yang perlu anda ajukan pada calon baby sitter
Perhatikan dengan seksama jawaban mereka karena itu adalah cerminan dari seseorang yang akan mengasuh bayi anda.
1. Sebelumnya kerja di mana? berapa lama? Bila anda perlu yang senior, perhatikan lama kerja dan banyak bayi yg dipegang.
2. Kenapa keluar dari kerja sebelumnya? Lihat alasannya, ulangi pertanyaan ini di akhir-akhir sesi, untuk konfirmasi kebenarannya.
3. Pernah pegang anak yang nakal? Seperti apa? Lihat kesabarannya dan kepintarannya dalam mengasuh.
4. Kalau anak rewel makannya, gimana solusinya?
5. Anda anak ke berapa? Berapa bersaudara? Bila calon pengasuh adalah anak pertama, mereka sudah terbiasa menjadi pengatur untuk adik-adiknya.
6. Mengapa anda kerja sebagai pengasuh?
7. Sifat apa yang tidak disukai dari orang tua anda?
8. Sifat apa yang disukai dari orang tua anda?
9. Apa kelemahanmu?
10. Apa kelebihanmu?
Pertanyaan no 11 sampai 14, penjelasan detail no 6 sampai 10,  alat test bahasa Inggris dan ringkasan

So Punya pengalaman dengan baby sitter? Share aja di sini