Kegiatan Seni memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi emosi sekaligus kognisi anak. Karena seni sesungguhnya adalah media yang paling nyaman dan mampu memikat anak untuk mempelajari apa pun. Ketua Asosiasi Pengajar Seni Indonesia, Dr Cut Kamaril Wardani, mengatakan seni merupakan bahasa. Musik merupakan bahasa bunyi, seni rupa merupakan bahasa rupa, seni tari dan drama merupakan bahasa bahasa gerak dan mimik. Seni berada di wilayah rasa, yaitu estetika. Pembentukan nilai estetika pada anak dapat menstimulasi perasaan cerdas (smart feeling), yaitu anak bisa mengatur emosinya, anak mengetahui kapan dan cara yang tepat mengutarakan emosinya.
Pengembangan motorik anak melalui kegiatan seni terlihat dengan berkembangnya keterampilan motorik halus dan kasarnya. Kematangan motorik sangat diperlukan dalam mengekspresikan dirinya. Cut menambahkan, salah satu contoh kegiatan seni yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak ialah kegiatan menggunting. Saat anak usia 1-2 tahun, berikan kertas dan gunting kemudian biarkan ia berupaya sendiri. Kegiatan ini berfungsi untuk menstimulasi konsentrasi mata dan kecerdasan kinestetiknya. Kegiatan lainnya adalah menari.
Selain itu, anak pun bisa belajar matematika melalui kegiatan seni melipat. Berikan satu helai kertas kemudian lipat 2 dan gunting, katakan padanya bahwa kertas jadi setengah bagian melalui cara ini untuk anak belajar konsep membagi. Pengembangan kapasitas intelektual melalui kegiatan seni dengan membuat berbagai lambang rupa, gerak, dan bunyi. “Seiring perkembangan kemampuan berpikirnya, lambang tersebut akan memiliki makna. Hal ini terlihat dengan semakin rincinya anak mengekspresikannya
Orangtua haruslah selektif dalam memilih topik atau materi seni, penggunaan metode, dan media. Sebaiknya pilih yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anak, melibatkan objek nyata, dan memberikan kesempatan anak untuk menerapkannya dalam upaya memecahkan masalah.
Temukan Info lebih lengkap mengenai Kegiatan Seni