Sejak lebih dari 20 tahun pakar dermatologi Perancis Khadi Sy Bizet menentang penggunaan krem pemutih kulit. Perempuan yg mukanya dipenuhi bercak-bercak hitam atau tiba-tiba dipenuhi jerawat, atau perempuan yg kulitnya tiba-tiba tampak bergaris-garis dan kaku sebagai dampak berkelanjutan penggunaan krem pemutih, menjadi pasien yg dirawat Sy Bizet.
"Perempuan Afrika memakai kortison, karena dalam penggunaan jangka panjang kortison dapat merusak lapisan atas kulit. Tapi perempuan Afrika justru mencari efek sampingan ini walaupun hal itu merusak kesehatannya. Orang-orang sering lupa bahwa krem dapat meresap ke dalam darah. Kortison sebetulnya adalah obat peredam rasa sakit yg keras dosisnya."
Dan penggunaan kortison utk jangka panjang dapat menyebabkan bahaya besar, jika melalui darah, bahan ini sampai ke tubuh. Perempuan dapat menderita diabetes, tekanan darah tinggi atau menderita penyakit akut lainnya yg sepanjang hidupnya harus dirawat dgn obat-obatan.
Bahan keras lainnya yg sering terkandung dalam krem pemutih kulit adalah hydrochinon. Bahan kimia yg dulunya digunakan di kamar gelap dalam dunia fotografi. Cukup lama hydrochinon sempat dikenal sebagai sarana manjur menghilangkan bercak di kulit. Meski demikian penggunaan secara sering hydrochinon dapat menimbulkan efek sampingan seperti kulit menjadi bebercak merah, terbakar dan gatal-gatal pada kulit. Juga ada kecurigaan hydrochinon dapat menimbulkan tumor.
Selain bahan kimia ada pula produk krem pemutih kulit yg mengandung raksa. Bahan yg tergolong memiliki kadar racun tinggi ini, dapat menyebabkan kerusakan parah pada organ tubuh sampai menimbulkan kematian. Raksa juga terkandung pada sabun-sabun yg dijual di Afrika. Semua produk ini harus digunakan setiap hari, jika tidak, warna kulit akan kembali menjadi gelap, yg merupakan warna kulit aslinya.
No comments:
Post a Comment