Bagi kita semua, terutama para pejuang kanker, memilih jenis minyak goreng sama pentingnya dengan menentukan kualitas minyak dan melakukan penggorengan sendiri di rumah. Karena ada banyak jenis minyak goreng yang sering digembar-gemborkan aman bagi kesehatan, ternyata justru memiliki potensi bahaya.
Yang jelas-jelas tidak aman adalah minyak jelantah. Minyak jelantah adalah minyak yang sudah pernah dipakai, sehingga sudah mengandung akrilamida, radikal bebas, dan asam lemak trans. Terlebih kalau warnanya sudah kecoklatan, dan teksturnya kental. Kalau dipanaskan lagi, semakin tinggi kandungan senyawa-senyawa karsinogenik tersebut di dalamnya.
Asam lemak trans banyak terdapat pada lemak hewan, margarin, mentega, minyak terhidrogenasi, dan terbentuk dari proses penggorengan. Selain karsinogenik, lemak trans meningkatkan kadar kolesterol jahat, menurunkan kadar kolesterol baik, dan menyebabkan bayi-bayi lahir prematur.
Minyak dengan rantai karbon pendek dan sedang dapat langsung diserap oleh tubuh tanpa melalui proses cerna yang berbelit-belit. Langsung dibawa ke hati untuk diubah menjadi energi untuk meningkatkan fungsi kelenjar endokrin, organ, serta jaringan-jaringan tubuh.
Menurut penelitian, yang paling banyak kandungan LCFA-nya adalah minyak safflower (78%), disusul minyak bunga matahari (69%), dan minyak canola (31%). Kandungan LCFA minyak zaitun berkisar 9%, sedang yang paling rendah adalah minyak kelapa (2%).
Dengan mempertimbangkan berbagai keterangan di atas dapat kita simpulkan, bahwa minyak goreng yang paling aman bagi tubuh kita, terlebih bagi pejuang kanker, ternyata adalah minyak kelapa. Minyak goreng sebagai obat herbal tradisional warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah begitu lama kita tinggalkan. Bukan minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak canola, minyak zaitun, apalagi margarin atau minyak sawit!